Kompetensi Seorang Guru
1. Kompetensi Profesional
Profesi adalah suatu jabatan
atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya
pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan
tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional
menunjuk pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, (2) penampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya (seperti misalnya
dokter).
Makmum (1996: 82) menyatakan
bahwa teacher performance diartikan kinerja guru atau hasil kerja atau
penampilan kerja. Secara konseptual dan umum penampilan kerja guru itu mencakup
aspekaspek; (1) kemampuan profesional, (2) kemampuan sosial, dan (3) kemampuan
personal.
Johnson (dalam Sanusi,
1991:36) menyatakan bahwa standar umum itu sering dijabarkan sebagai berikut;
(1) kemampuan profesional mencakup, (a) penguasaan materi pelajaran, (b)
penguasaan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, dan
(c) penguasaan proses-proses pendidikan. (2) kemampuan sosial mencakup
kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar
pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. (3) kemampuan personal (pribadi)
yang beraspek afektif mencakup, (a) penampilan sikap positif terhadap
keseluruhan tugas sebagai guru, (b) pemahaman, penghayatan, dan penampilan
nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, dan (c) penampilan untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan keteladanan bagi peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian
menurut Suparno (2002:47) adalah mencakup kepribadian yang utuh, berbudi luhur,
jujur, dewasa, beriman, bermoral; kemampuan mengaktualisasikan diri seperti
disiplin, tanggung jawab, peka, objekti, luwes, berwawasan luas, dapat
berkomunikasi dengan orang lain; kemampuan mengembangkan profesi seperti
berpikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar sepanjang hayat, dapat ambil
keputusan dll. (Depdiknas,2001). Kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati
diri seorang guru sebagai pribadi yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus
mau belajar untuk maju. Yang pertama ditekankan adalah guru itu bermoral dan
beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting karena salah
satu tugas guru adalah membantu anak didik yang bertaqwa dan beriman serta
menjadi anak yang baik. Bila guru sendiri tidak beriman kepada Tuhan dan tidak
bermoral, maka menjadi sulit untuk dapat membantu anak didik beriman dan
bermoral. Bila guru tidak percaya akan Allah, maka proses membantu anak didik
percaya akan lebih sulit. Disini guru perlu menjadi teladan dalam beriman dan
bertaqwa. Pernah terjadi seorang guru beragama berbuat skandal sex dengan
muridnya, sehingga para murid yang lain tidak percaya kepadanya lagi. Para
murid tidak dapat mengerti bahwa seorang guru yang mengajarkan moral, justru ia
sendiri tidak bermoral. Syukurlah guru itu akhirnya dipecat dari sekolah.
Yang kedua, guru harus
mempunyai aktualisasi diri yang tinggi. Aktualisasi diri yang sangat penting
adalah sikap bertanggungjawab. Seluruh tugas pendidikan dan bantuan kepada anak
didik memerlukan tanggungjawab yang besar. Pendidikan yang menyangkut
perkembangan anak didik tidak dapat dilakukan seenaknya, tetapi perlu direncanakan,
perlu dikembangkan dan perlu dilakukan dengan tanggungjawab. Meskipun tugas
guru lebih sebagai fasilitator, tetapi tetap bertanggung jawab penuh terhadap
perkembangan siswa. Dari pengalaman lapangan pendidikan anak menjadi rusak
karena beberapa guru tidak bertanggungjawab. Misalnya, terjadi pelecehan
seksual guru terhadap anak didik, guru meninggalkan kelas seenaknya, guru tidak
mempersiapkan pelajaran dengan baik, guru tidak berani mengarahkan anak didik,
dll.
Kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain sangat penting bagi seorang guru karena tugasnya memang
selalu berkaitan dengan orang lain seperti anak didik, guru lain, karyawan,
orang tua murid, kepala sekolah dll. Kemampuan ini sangat penting untuk
dikembangkan karena dalam pengalaman, sering terjadi guru yang sungguh pandai,
tetapi karena kemampuan komunikasi dengan siswa tidak baik, ia sulit membantu
anak didik maju. Komunikasi yang baik akan membantu proses pembelajaran dan
pendidikan terutama pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah.
Kedisiplinan juga menjadi
unsur penting bagi seorang guru. Kedisiplinan ini memang menjadi kelemahan
bangsa Indonesia, yang perlu diberantas sejak bangku sekolah dasar. Untuk itu
guru sendiri harus hidup dalam kedisiplinan sehingga anak didik dapat meneladannya.
Di lapangan sering terlihat beberapa guru tidak disiplin mengatur waktu,
seenaknya bolos; tidak disiplin dalam mengoreksi pekerjaan siswa sehingga siswa
tidak mendapat masukan dari pekerjaan mereka. Ketidakdisiplinan guru tersebut
membuat siswa ikut-ikutan suka bolos dan tidak tepat mengumpulkan
perkerjaan rumah. Yang perlu diperhatikan di sini adalah, meski guru
sangat disiplin, ia harus tetap membangun komunikasi dan hubungan yang baik
dengan siswa. Pendidikan dan perkembangan pengetahuan di Indonesia kurang cepat
salah satunya karena disiplin yang kurang tinggi termasuk disiplin dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dalam belajar.
Yang ketiga adalah sikap mau
mengembangkan pengetahuan. Guru bila tidak ingin ketinggalan jaman dan juga
dapat membantu anak didik terus terbuka terhadap kemajuan pengetahuan, mau
tidak mau harus mengembangkan sikap ingin terus maju dengan terus belajar. Di
jaman kemajuan ilmu pengetahuan sangat cepat seperti sekarang ini, guru
dituntut untuk terus belajar agar pengetahuannya tetap segar. Guru tidak boleh
berhenti belajar karena merasa sudah lulus sarjana.
3. Kompetensi Paedagogik
Selanjutnya kemampuan
paedagogik menurut Suparno (2002:52) disebut juga kemampuan dalam pembelajaran
atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan
perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk
membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan
dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik
yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
Pertama, sangat jelas bahwa
guru perlu mengenal anak didik yang mau dibantunya. Guru diharapkan memahami
sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak
didik. Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan
kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian guru
akan lebih mudah membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan pendekatan
yang baik, tahu ilmu psikologi anak dan perkembangan anak dan tahu
bagaimana perkembangan pengetahuan anak. Biasanya selama kuliah di FKIP guru
mendalami teori-teori psikologi tersebut. Namun yang sangat penting adalah
memahami anak secara tepat di sekolah yang nyata.
Kedua, guru perlu juga menguasai
beberapa teori tentang pendidikan terlebih pendidikan di jaman modern ini. Oleh
karena sistem pendidikan di Indonesia lebih dikembangkan kearah pendidikan yang
demokratis, maka teori dan filsafat pendidikan yang lebih bersifat demokratis
perlu didalami dan dikuasai. Dengan mengerti bermacammacam teori pendidikan,
diharapkan guru dapat memilih mana yang paling baik untuk membantu perkembangan
anak didik. Oleh karena guru kelaslah yang sungguh mengerti situasi kongrit
siswa mereka, diharapkan guru dapat meramu teori-teori itu sehingga cocok
dengan situasi anak didik yang diasuhnya. Untuk itu guru diharapkan memiliki
kreatifititas untuk selalu menyesuaikan teori yang digunakan dengan situasi
belajar siswa secara nyata.
Ketiga, guru juga diharapkan
memahami bermacam-macam model pembelajaran. Dengan semakin mengerti banyak
model pembelajaran, maka dia akan lebih mudah mengajar pada anak sesuai dengan
situasi anak didiknya. Dan yang tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah
guru dapat membuat evaluasi yang tepat sehingga dapat sungguh memantau dan
mengerti apakah siswa sungguh berkembang seperti yang direncanakan sebelumnya.
Apakah proses pendidikan sudah dilaksanakan dengan baik dan membantu anak
berkembang secara efisien dan efektif.
Kompetensi profesional
meliputi: (1) menguasai landasan pendidikan, (2) menguasai bahan pembelajaran,
(3) menyusun program pembelajaran, (4) melaksanakan program pembelajaran, dan
(5) menilai proses serta hasil pembelajaran.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial meliputi:
(1) memiliki empati pada orang lain, (2) memiliki toleransi pada orang lain,
(3) memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap
kopetensi yang lain, dan (4) mampu bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Gadner (1983) dalam
Sumardi (Kompas, 18 Maret 2006) kompetensi sosial itu sebagai social
intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu
dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam,
dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner. Semua kecerdasan itu
dimiliki oleh seseorang. Hanya saja, mungkin beberapa di antaranya menonjol,
sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa kecerdasan
itu bekerja secara padu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau
mengerjakan sesuatu (Amstrong, 1994).
Sehubungan dengan apa yang
dikatakan oleh Amstrong itu ialah bahwa walau kita membahas dan berusaha
mengembangkan kecerdasan sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan
kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa
ini banyak muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat
dipahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan komperehensif,
atau pendekatan multidisiplin.
Kecerdasan lain yang terkait
erat dengan kecerdasan sosial adalah kecerdasan pribadi (personal
intellegence), lebih khusus lagi kecerdasan emosi atau emotial intellegence
(Goleman, 1995). Kecerdasan sosial juga berkaitan erat dengan kecerdasan
keuangan (Kiyosaki, 1998). Banyak orang yang terkerdilkan kecerdasan sosialnya
karena impitan kesulitan ekonomi.
Dewasa ini mulai disadari
betapa pentingnya peran kecerdasan sosial dan kecerdasan emosi bagi seseorang
dalam usahanya meniti karier di masyarakat, lembaga, atau perusahaan.
Banyak orang sukses yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan
bekerja sama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol.
Dari uraian dan contoh-contoh
di atas dapat kita singkatkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan
seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain.
Inilah kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang
diamanatkan oleh UU Guru dan Dosen, yang pada gilirannya harus dapat ditularkan
kepada anak-anak didiknya.
Untuk mengembangkan kompetensi
sosial seseorang pendidik, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi
kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep
life skills (www.lifeskills4kids.com). Dari 35 life skills atau kecerdasan
hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan kedalam dimensi kompetensi sosial,
yaitu: (1) kerja tim, (2) melihat peluang, (3) peran dalam kegiatan kelompok,
(4) tanggung jawab sebagai warga, (5) kepemimpinan, (6) relawan sosial, (7)
kedewasaan dalam bekreasi, (8) berbagi, (9) berempati, (10) kepedulian kepada
sesama, (11) toleransi, (12) solusi konflik, (13) menerima perbedaan, (14)
kerja sama, dan (15) komunikasi.
Kelima belas kecerdasan hidup
ini dapat dijadikan topik silabus dalam pembelajaran dan pengembangan
kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon pendidik. Topik-topik ini dapat
dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual
dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan masyarakat kita. Dari uraian
tentang profesi dan kompetensi guru, menjadi jelas bahwa pekerjaan/jabatan guru
adalah sebagai profesi yang layak mendapatkan penghargaan, baik finansial
maupun non finansial.
Titanium Stones - Titsanium Arts
BalasHapusTitanium Stones, the world's titanium rings for women first, organic soil, ceramic vs titanium flat iron is titanium dog teeth enriched by titanium guitar chords the titanium scooter bars natural tungsten content. Its tungsten content is enriched by tungsten and carries